LOGIKA MASA KINI
PENALARAN
LANGSUNG
Penalaran
Langsung adalah istilah dari Aristoteles untuk menunjukkan penalaran yang
premisnya hanya terdiri dari sebuah proposisi saja. Adapun Konklusinya
ditarik langsung dari proposisi tersebut dengan membandingkan subyek dan
predikatnya
A.
PROPOSISI KATEGORIK STANDAR
Sistem Logika dengan Penalaran Langsung ini
didasarkan atas proposisi katekgorik bentuk S=P yang standar (subyek dan
predikatnya menunjuk pada sustu substantif/kata benda). Proposisi kategorik
yang berbeda bentuknya harus dikembalikan kepada bentuk proposisi kategorik
standar. Contoh:
1. Burung bangau itu putih (predikatnya sifat), bentuk standarnya
adalah:
Burung bangau itu burung putih
(Subyek (S) berupa kata benda)
(kopula/=) (Predikat (P)
berupa kata benda)
2. Tidak semua burung berkicau (tidak berkopula, predikatnya berupa
aktifitas), bentuk standarnya adalah: Tidak semua burung adalah burung yang berkicau putih
(Subyek (S)
berupa kata benda) (kopula/=) (Predikat (P) berupa kata benda)
3. Yang berseragam itu semuanya anggota KORPRI (tidak berpola S=P), bentuk standarnya:
Semua yang berseragam adalah anggota KORPRI
(Subyek/S (kopula/=) (Predikat/P)
B.
KUALITAS,
KUANTITAS DAN DISTRIBUSI
Proposisi kategorik dibedakan berdasarkan kualitas
dan kuantitas. Yang dimaksud Kualitas adalah ada atau
tidaknya hubungan antara subyek dan predikat. Sedang Kuantitas menyangkut
jumlah individu pada term yang terdapat pad konsep dalam sebuah proposisi.
Berdasarkan kualitasnya, proposisi dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Proposisi afirmatif (ada hubungan antara Suyek dan
Predikat) yang dilambangkan S = P
2.
Proposisi negatif (tidak ada hubungan antara Suyek
dan Predikat) yang dilambangkan S ≠ P
Berdasarkan kuantitasnya, term dalam sebuah konsep dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kelas (kumpulan semua individu yang memiliki
ciri-ciri tertentu), contoh: manusia merupakan kumpulan individu yang memiliki
ciri yang sama, yaitu ciri-ciri manusia.
2. Anggota Kelas (individu yang menjadi anggota kumpulan),
contoh: Budi, Andi atau Santi adalah individu yang termasuk dalam term manusia.
Berdasarkan sebarannya, term juga dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Term Universal (term yang berdistribusi): penggunaan term
yang meliputi semua anggotanya secara individual, satu demi satu, tidak sebagai
kelompok.
2. Term Partikular (term yang tidak berdistribusi): penggunaan
term yang hanya meliputi sebagian dari semua anggotanya, yakni satu atau lebih.
Berdasarkan kualitas, kuantitas dan
distribusinya Proposisi dibagi menjadi 4 yang (sejak abad pertengahan) disebut Proposisi
A, E, I, dan O
PROPOSISI
|
DESKRIPSI
|
KETERANGAN
|
A
|
afirmatif universal
|
semua S adalah P
|
E
|
negatif universal
|
semua S bukan P
|
I
|
afirmatif partikular
|
sebagian S adalah P
|
O
|
negatif partikular
|
sebagian S bukan P
|
Distribusi term dalam proposisi A, E, I, dan
O adalah sebagai berikut:
PROPOSISI
|
TERM SUBYEK
|
TERM PREDIKAT
|
CONTOH
|
||
NAMA
|
KUALI-TAS
|
KUAN-
TITAS
|
|||
A
|
Afirmatif
|
Universal
|
Berdistribusi
|
tidak berdistribusi
|
Semua mahasiswa (adalah orang yang)
mengikuti ujian
|
E
|
Negatif
|
Universal
|
Berdistribusi
|
berdistribusi
|
Semua karyawan (adalah orang yang) tidak
masuk kerja
|
I
|
Afirmatif
|
Partikular
|
tidak berdistribusi
|
tidak berdistribusi
|
Sebagian Sarjana Hukum adalah politikus
|
O
|
Negatif
|
Partikular
|
tidak berdistribusi
|
berdistribusi
|
Sebagian gadis Bali (adalah orang yang)
tidak bisa menari
|
Diagram distribusi term-term dalam proposisi
adalah sebagai berikut:
Term subyek berdistribusi
|
|||||||||
Term predikat tidak berdistribusi
|
A: Semua S = P
|
E: Semua S ≠ P
|
Term predikat
berdistribusi
|
||||||
I: Sebagian S = P
|
O: Sebagian S ≠ P
|
||||||||
Term subyek tidak berdistribusi
|
|||||||||
C.
LAMBANG BOOLE DAN DIAGRAM VENN
Sejak akhir abad ke-18 mulai timbul pemikiran-pemikiran
baru. Maka dimulailah kelahiran logika modern yang menggunakan lambang-lambang
non bahasa. George Boole, ahli
Matematika Inggris (1815-1864) menggarap Logika Aristoteles sebagai aljabar.
Konsep sentral Boole adalah ‘kelas kosong’ yakni kelas yang tidak memiliki
anggota yang diberi lambang O.
Seorang ahli Matematika lain, John Venn
(1834-1923) menggunakan diagram untuk menjelaskan lambang-lambang dalam sistem Boole.
Kelas digambarkan sebagai lingkaran dengan tanda huruf untuk menjelaskan
kelas apakah yang dimaksud. Jika kelas kosong maka diarsir hitam dan jika kelas
tersebut mempunyai anggota maka di dalam lingkaran diberi tanda*.
Jenis proposisi dalam sistem Boole dan Venn adalah
sebagai berikut:
PROPO-SISI
|
SISTEM BOOLE
|
DIAGRAM VENN
|
CONTOH
|
||
PERUMUSAN
|
LAMBANG
|
||||
A
|
Semua S adalah P (S yang bukan P adalah kelas kosong)
|
S P̅̅̅ = O
|
S
P
|
Semua mahasiswa mengikuti ujian
(Mahasiswa yang tidak mengikuti ujian = 0)
|
|
E
|
Semua S adalah bukan P (S yang P adalah kelas kosong)
|
S P = O
|
S
P
|
Semua karyawan tidak masuk kerja
(Karyawan yang masuk kerja = 0)
|
|
I
|
Sebagian S adalah P (S yang P adalah bukan kelas kosong)
|
S P ≠ O
|
S
P
|
Sebagian Sarjana Hukum adalah politikus
(Sarjana Hukum yang politikus ≠ O)
|
|
O
|
Sebagian S adalah bukan P (S yang bukan
P bukan kelas kosong)
|
S P̅̅̅ ≠ O
|
S
P
|
Sebagian gadis Bali tidak bisa menari
(Gadis Bali yang tidak bisa menari ≠ O)
|
D.
BUJUR SANGKAR PERLAWANAN
(OPPOSITION)
Penalaran perlawanan atau oposisi adalah sebuah kegiatan
menyimpulkan secara langsung dengan membandingkan antara proposisi yang satu
dengan proposisi yang lain dalam term yang sama, tetapi bisa berbeda kualitas
ataupun kuantitasnya untuk menentukan kesahihan sebuah proposisi. Dalam
membandingkan dua proposisi berdasarkan afirmatif-negatif dan
kualitas-kuantitasnya, perlawanan
oposisi ada empat macam: kontrarik, subkontrarik, kontradiktorik dan subalternasi.
1.
Kontrarik (A-E)
Pertentangan
antara dua proposisi universal atas dasar term yang sama tetapi berbeda dalam
kualitasnya.
Hukumnya:
a.
Jika yang satu
benar, maka yang lain tentu salah
b.
Jika yang satu
salah, maka yang lain dapat benar, tetapi juga dapat salah
c.
Ada kemungkinan
ketiga, yakni sama-sama salah
Contoh:
Jika
pernyataan ‘Semua karyawan tidak bekerja’ dinyatakan benar,
Maka
pernyataan ‘semua karyawan kerja’ berarti salah
Jika
pernyataan ‘Semua TNI membawa senjata’ dinyatakan salah,
Maka
pernyataan ‘semua TNI tidak membawa senjata’ bisa benar, bisa juga salah
2.
Subkontrarik
(I-O)
Pertentangan
antara dua pernyataan partyikular atas dasar term yang sama, tetapi berbeda
dalam kualitasnya.
Hukumnya:
a.
Tidak mungkin kedua-duanya
salah
b.
Bisa pula
kedua-duanya benar
Contoh:
Jika pernyataan
‘sebagian warga Bojonegoro adalah NU’ dinyatakan benar,
maka pernyataan ‘sebagian warga
Bojonegoro bukan NU’ bisa benar dan bisa juga salah.
Jika pernyataan ‘Sebagian menteri adalah sarjana komunikasi’
dinyatakan benar,
maka pernyataan ‘sebagian menteri adalah bukan sarjana komunikasi’
pasti benar
3.
Kontradiktorik
(A-O dan I-E)
Pertentangan
antara dua proposisi atas dasar term yang sama, tetapi berbeda dalam kualitas
dan kuantitasnya. Disebut kontradiktorik karena hokum dalam kontradiksi
berbanding terbalik, yakni jika yang satu dikatakan benar maka yang lain salah
atau sebaliknya.
Hukumnya:
a.
Jika yang satu
benar, maka yang lain tentu salah
b.
Jika yang satu
salah, maka yang lain tentu benar
c.
Tidak ada
kemungkinan ketiga
Contoh:
Jika diketahui
bahwa ‘semua karyawan masuk kantor’ dinyatakan
benar, maka kontradiksinya adalah ‘sebagian karyawan tidak masuk kantor’
berarti salah
Jika pernyataan
‘semua pejabat tidak korupsi’ dinyatakan salah,
maka kontradiksinya
‘sebagian pejabat korupsi’ dinyatakan benar.
4.
Subalternasi (A-I dan E-O)
Pertentngan antara dua pernyataan atas dasar term yang
sama dan berkualitas sama, tetapi berbeda dalam kuantitasnya.
Hukumnya:
a. Jika A benar, maka I pun benar
b. Jika I benar, belum tentu A benar
c. Jika E benar, E pun benar
d. Jika O benar, belum tentu E benar
Contoh: Jika pernyataan ‘Sebagian pejabat adalah
politikus’ dinyatakan benar,
maka pernyataan ‘Semua pejabat adalah politikus’
bisa benar, bisa salah
Jika pernyataan ‘Semua pegawai tidak mendapat THR’
dinyatakan benar,
maka pernyataan ‘Sebagian pegawai tidak mendapatkan
THR’ juga benar
Empat penalaran oposisi tersebut jika digambarkan dalam
suatu diagram adalah sebagai berikut:
A Kontrarik E
Kontradiktorik
|
I Subkontrarik O
Hukum-hukum penalaran oposisi di atas dapat disusun dalam
tabel sebagai berikut:
TABEL
BENAR
TABEL SALAH
Jika
|
A
|
E
|
I
|
O
|
Jika
|
A
|
E
|
I
|
O
|
|
A benar
|
-
|
S
|
B
|
S
|
A salah
|
-
|
?
|
?
|
B
|
|
E benar
|
S
|
-
|
S
|
B
|
E salah
|
?
|
-
|
B
|
?
|
|
I benar
|
?
|
S
|
-
|
?
|
I salah
|
S
|
B
|
-
|
B
|
|
O benar
|
S
|
?
|
?
|
-
|
O salah
|
B
|
S
|
B
|
-
|
E.
KONVERSI (Pembalikan)
Prosedur: Term predikat dijadikan term subyek dan term subyek
dijadikan term predikat
Prinsip Konversi: Kalau S=P, maka P=S
Dalam konversi, proposisi yang dikonversikan dan hasil
konversinya sama kualitasnya. Agar konklusi benar, maka kuantitas term S
dalam konklusi harus sama dengan kuantitas term P pada premis. Contoh: Premis : Semua mahasiswa bukan anak kecil
Konklusi: Semua anak kecil
bukan mahasiswa
Proposi yang bisa dikonversikan secara mutlak adalah
proposisi E dan I sebab kuantitas term S dan P nya sama. Proposisi A bisa
dikonversi secara terbatas dan proposisi O tidak dapat dikonversi.
Agar proposisi A bisa dikonversi maka kuantitas term S
dan P harus disamakan sebagaimana gambaran berikut:
Proposisi A: Semua buku logika adalah buku penting
(P tidak berdistribusi)
Dikonversi : Semua buku penting adalah buku logika (S
berdistribusi) .... KONKLUSI SALAH
Dibetulkan : Sebagian buku penting adalah buku
logika (semua diganti menjadi sebagian)
F.
OBVERSI
Prosedur:
1.
Kualitas proposisi diganti, dari proposisi afirmatif
dijadikan negatif atau sebaliknya
2.
Term predikat diganti dengan komplemennya. Term
itu menunjuk suatu kelas. Apa yang tidak termasuk anggota kelas itu semuanya
merupakan komplemennya atau kelas komplementernya. Komplemen ‘kucing
hitam’ adalah ‘non kucing hitam’.
Prinsip Dasar: A=non non-A, A itu ekuivalen dengan non non-A
(Prinsip negasi ganda/double negation). Contoh: Premis : Manusia adalah makhluk berfikir
Konklusi: Manusia bukan non makhluk berfikir
G.
KONTRAPOSISI
Kontraposisi adalah jenis penyimpulan langsung
dengan cara menukar kedudukan subyek dan predikat serta menegasikannya.
Konklusi penyimpulan melalui kontraposisi disebut suatu kontrapositif.
Prosedur:
1. Term subyek maupun term predikat diganti
sengan komplemen masing-masing
2. Proposisi yang sudah berubah termnya kemudian
dikonversi (term subyek dan term predikat bertukar tempat)
Contoh : Semua pejuang kemerdekaan adalah pembela bangsa
Jadi : Semua non pembela bangsa adalah non pejuang
kemerdekaan
Proposisi yang bisa di-kontraposisi
Proposisi
|
Bisa/Tidak
|
A
|
Bisa
|
E
|
Tidak
|
I
|
Tidak
|
O
|
Bisa
|
0 komentar: