| 0 komentar

Keutamaan Bulan Muharram

Assalammualaikum...!!!
Lama sudah saya tidak buat postingan, mumpung ini masih bulan Muharram saya akan posting sedikit tentang Keutamaan Bulan Muharram, mungkin diantara teman-teman sudah tau lebih daripada saya tentang keutamaan bulan Muharram, untuk itu mohon di komentar dibawah ini jika ada kekeliruan saya dalam memmbuat postingan ini.
Baiklah langsung saja ke topik pembicaraan,
bulan+muharram
Muharram adalah bulan dimana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam Alquran. “Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Diantara kedua belas bulan itu ada ada empat bulan yang disucikan. “keempat bulan itu adalah Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir Alquran sepakat dengan hal ini karena Rasulullah SAW dalam haji kesempatan haji terakhirnya mendeklarasikan,  “satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat diantaranya adalh bulan suci. Tiga diantaranya berurutan yaitu, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan keempat adalah bulan Rajab”.
Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui bulan sebagai bulan paling suci dalam satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena  ada alasan-alasan khusus pula, bahkan penganut  paganisme di Makkah mengakui keempat bulan tersebut disucikan.
Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Ketika Allah SWT  memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah SWT lah yang memiliki kebesaran itu atas kehendakNya. Nabi Muhammad SAW bersabda “Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadhan adalah berpuasa dibulan Muharram”
Meski puasa dibulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari ‘Asyura.
Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, Beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Kami lebih dekat hubungan dengan Musa daripada kalian” dan langsung menyarankan umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari ‘Asyura diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhanlah yang diwajibkan, sementara puasa pada hari ‘Asyura disunahkan.
Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, “Ketika Rasulullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan kewajiban puasa pada hari ‘Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau”. Namun Rasulullah SAW biasa berpuasa pada hari ‘Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.
Abdullah Ibn Mas’ud mengatakan, “Nabi Muhammad lebih memilih puasa pada hari ‘Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa ‘Asyura.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadits bahwa puasa dihari ‘Asyura hukumnya sunnah.
Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari ‘Asyura didikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sudah puasa hari ‘Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari ‘Asyura saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari ‘Asyura ditambah puasa satu hari sebelumnya atau sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram)
Selain berpuasa umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadits, namun Ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan hal itu boleh dilakukan.

0 komentar: